Jumat, 14 September 2018

CERPEN - Pamitkan dengan tulisan

By, Pandhu Nganjokes


SORE HARI 2 SEPTEMBER 2018

Namaku Vani, 26 tahun wanita asal Kediri, aku kerja di Sumatra sebagai admin perkebunan sekaligus perusahaan pengolahan karet. Kebetulan aku sedang pulang ke Kediri karena libur idul adha ditambah cuti akumulatif yang aku ambil. Hari ini aku ingin menceritakan kisah cintaku bersamanya. Menulis disampingnya, iya dia yang sekarang ada disebelahku. Aries, pacarku yang hari ini berjanji datang untuk menemaniku menulis. Seorang yang cukup tinggi berambut ikal dengan senyum khas yang membuatku mudah membayangkan wajahnya saat sedang berjauhan. Dia sudah datang dan ada disebelahku sebelum aku menyalakan laptopku, sempat aku buatkan secangkir kopi untuknya yang cangkirnya sekarang masih terlihat penuh, aku yakin bukan karena rasanya tak enak, tapi aku tahu dia lelaki yang santai dan tak terburu-buru.

Aries adalah kakak kelasku semasa SMA, kami sudah sembilan tahun berpacaran, kedekatan kami sudah sampai pada saling kenal dan akrabnya Aries dengan keluargaku dan juga sebaliknya.  Dan jika ada pertanyaan kenapa diusia yang sudah matang ini kami belum menikah, mungkin akan kalian temukan jawabannya pada tulisanku kali ini.

Berada disampingku saat menulis tentu dia bisa membaca apa yang aku tuliskan saat ini, dari expresinya saat ini yang senyum-senyum sendiri , aku tak tahu dia tersinggung dengan paragraf sebelumnya tentang belum menikah tadi atau karena dia geli membaca tulisanku yang acakadul. 

"Kenapa senyum-senyum ay??" tanyaku.

"Nggak, cuma jadi sadar aja kalo emang kita ini pasangan molor ay,, hahaha" ucapnya..

banyak obrolan dan candaan kecil berlangsung diantara kami disela-sela aku menulis. Kuawali ceritaku saat pertama kali dia menyatakan perasaannya padaku tahun 2009 lalu. Saat itu aku masih kelas XII dan dia baru saja lulus, tepatnya 15 Juni 2009.

"ciee masih inget tanggal jadian" komentarnya membaca tulisanku.

Aries adalah seorang seniman, dia lulusan ISI Jogja, sebuah perguruan tinggi jurusan seni di Yogyakarta. Dia musisi, punya band dan sering jadi Event organizer acara-acara musik. Dia orang yang sangat asyk buatku, selalu ada hal-hal menarik yang dia tumbuhkan diantara kami. Itu alasannya kami sanggup menjalin hubungan LDR selama tujuh tahun, karena aku mulai bekerja di luar Jawa pada tahun 2011.

"Jangan GR ya ay, ini cuma biar pembaca tertarik dengan hubungan kita yang beda passion ini"
kataku sambil meledeknya.

Canda-tawa kecil dan beberapa obrolan kami yang tercipta membuat aku terhenti menulis untuk sesaat. Keceriaanku hari ini hampir membuatku lupa tujuan utamaku menulis disampingnya.

"Tujuan utama???" tanyanya dengan heran.

Aku hanya tersenyum ringan dan menggodanya dengan kerlingan mataku menanggapi pertanyaannya, aku tahu bahwa dia tahu maksudku bahwa aku ingin dia tahu sendiri dengan membacanya. Dengan wajah yang bingung dan bercampur heran dia mengeluarkan telapak tangannya seakan mempersilahkan aku melanjutkan tulisanku.

Sekilas tak terasa 9 tahun hubungan kami dan tujuh tahun hubungan jarak jauh tahun didalamnya kami lalui sampai detik ini. Namun jika diingat, betapa tidak mudahnya melalui waktu tersebut. Tentu kalian tahu tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh, kami hanya bertemu mungkin sekitar 2 atau tiga hari 3 bulan sekali, itupun belum pasti. Pertengkaran kecil yang terjadi berkali-kali hingga masalah perselingkuhan pernah kami lewati.

"Nah kan.. dibahas lagi.. kan katanya udah dimaafin"  dia menyela ketika membaca tulisanku.

"Lho.. kan aku cuma mau nulis aja ay,, bukan berarti aku masih marah kan??"


"Hmmm... awas ya nanti kalo mulai sewot-sewot gara-gara bahas itu" ancamnya.


"Nggak kok ay,, kamu tenang ya,, beneran cuma pengen nulis, ga ada sewot-sewot atau marah-marahan lagi. Suueeeerrr dehhh" kataku meyakinkannya.


Memang, rintangan terhebat yang pernah kami alami adalah ketika dia terpikat dengan vocalis band bentukan nya di tahun 2016 lalu. Aku tidak mau menyebutkan nama wanita itu ditulisan ini bukan karena aku membenci atau dendam kepadanya. Hanya saja aku rasa menyebutkan namanya ditulisan ini akan membuatnya tidak nyaman atau bahkan hal yang lebih buruk. Waktu itu Aries baru saja lulus dari kuliahnya dan mulai mengurusi beberapa event. Setauku band bentukannya itu akan mengisi acara di Surabaya, semacam event club mobil disurabaya.

Aku tidak tahu jalan ceritanya sebelum mencari tahu dari orang-orang terdekan di EO Aries dan pada akhirnya ariespun menceritakannya dan mengakui semuanya. Waktu itu harga karet sedang naik turun dan aku tidak pulang sudah ada 6 bulan, jarang menghubungiku tidak membuatku curiga kepada
Aries. Karena aku pun begitu sibuk dengan pekerjaanku,  hasil produksi yang menumpuk digudang, dan data hasil panen menumpuk yang menunggu untuk dilaporkan pemilahan kualitasnya membuatku cukup sibuk waktu itu.

Dari sosial media aku tahu dia sedang mempersiapkan sebuah acara, postingan dari team EO nya juga dari poster yang ada foto Aries bersama band bentukannya. Tak biasanya dia tak bercerita kalau ada event yang cukup besar seperti itu, saat kami sedang kontak melalu chating atau telfon aku menanyakannya dan jawabannya hanya datar-datar saja.Normal bagi wanita untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan pacarnya saat sedang berjauhan. Di waktu pulang kerja , kegiatanku hanya stalking tentang kegiatannya.

Saat menemukan foto unggahan foto berdua Aries dan vocalis wanita tersebut barulah hati ini terasa tersengat duri kecil yang efeknya terasa di paru-paru yang membuat nafasku beberapa kali tersendat.

"Ah, ga seru nih ay.." dia menyela tulisanku.

"Sssttt.. ay ganteng.. please, aku kan jarang-jarang nulis ditemenin kamu, kali ini aja aku mohon biar aku nulis apa yang ingin ku tulis. aku kan udah janji ga akan sewot atau marah lagi" bisik ku pelan meyakinkan dia untuk kedua kalinya.

Suasananya memang tak seperti tadi, tidak banyak obrolan atau candaan seperti awal aku menulis tadi. Kini aku hanya memandang layar laptopku sambil sesekali melihat kearah luar balkon rumahku, juga beberapa kali aku menoleh untuk melihat expresi Aries yang berada disampingku. Dia tampak tetap tenang walopun raut wajahnya tak secerah tadi. Aku tak tahu apa yang aku tunggu untuk melanjutkan ceritaku tadi, hanya saat mengingat bagaimana rasanya saat itu, seperti aku berada diwaktu itu, aku mulai menghirup nafas panjang dan mencoba tetap relax.

Saat pertama melihat foto mereka berdua entah kenapa rasanya begitu terkoyak seluruh tubuhku, dan bahkan aku tahu kalau foto mereka itu tak cukup mesra untuk dicemburui. Mereka hanya foto berdua dengan pose tertawa, aku hanya menangkap keceriaan yang cukup luar biasa di raut wajah mereka pada foto tersebut. Mungkin saja ini yang dinamakan firasat, rasa curiga yang resah yang luar biasa membuat mulutku terkatup rapat kala itu, membuat nafasku tersengal-sengal dan mempercepat temponya. Aku mencoba tetap tenang dan berfikiran positif, aku mencoba meyakinkan diriku bahwa Aries memang orang yang bersahabat, mudah diterima dan akrab dengan siapa saja, jadi tidak ada yang aneh dengan foto mereka itu. Toh mereka juga dalam 1 proyek event yang sama atau bisa dibilang partner kerja. Namun semakin aku meyakinkan diriku, semakin aku tidak yakin dan tetap saja rasa ingin tahu terus muncul.

Selama beberapa hari mencari tahu di sosial media dan bencoba mencari tahu dari orang-orang terdekatnya , membuka dan memfollow akun2 sosmed yang aku rasa ada kaitannya dengan mereka atau event yang akan digarap Aries. Aku selalu mencoba bersikap biasa saat kontak dengannya, walau memang jarang kontak akhir-akhir ini, aku terus mencari tahu tanpa ingin dia tahu aku mencurigainya. Sekitar seminggu setelah event itu selesai rasa ingin tahu ku terjawab, walau hasilnya buruk untuk diriku. Hasil yang kudapat sudah menjadi bukti yang mencukupi bahwa aku telah terhianati waktu itu. Ku sebut bukti karena bukan hanya berita secara lisan atau hanya kabar yang kudapat, melainkan beberapa foto dan video.

Foto yang menunjukan liburan berdua mereka disebuah pantai, betapa indahnya langit jingga dan matahari terbenam di sebuah pantai dan siluet dua pohon kelapa menjadi background foto mesra mereka. Aku merasa jiwaku yang semula seperti gunung yang nyaris meletus dan siap memuntahkan magma panas bercampur belerang, seketika menjadi langit mendung gelap yang ingin segera meruntuhkan diri menjadi hujan.Waktu pertama melihat foto itu aku merasa tidak sadarkan diri untuk beberapa saat, setelah aku sadar kembali sekuat tenaga aku mencoba berpikiran positif. Aku mencoba berkata pada diriku sendiri bahwa bukan Aries yang ada dalam foto itu, foto itu bisa saja di edit, foto itu hanya sebuah adegan untuk kepentingan proyek yang digarapnya.

Sayang sekali aku tidak berhasil meyakinkan diriku sendiri, foto itu benar-benar Aries kekasihku yang bertahun-tahun mencintaiku dengan tulus dan sepenuh hati, yang menjanjikan cintanya hanya untukku. Kebenaran itu semakin nyata setelah aku melihat beberapa foto lainnya yang seolah menceritakan betapa seru dan indahnya liburan mereka, makan berdua, melihat bintang saat malam hari, selfie mereka dengan muka jelek, bahkan  video ketika Aries memainkan keyboard di sebuah cafe dan wanita itu menyanyikan lagu cinta yang sangat indah untuknya. Aku mulai membayangkan betapa romantisnya suasana malam itu untuk mereka, aku sangat iri, aku benar benar iri sampai tanpa aku sadari rasa iri itu membuat air mataku bercucuran membasahi hampir seluruh bagian pipi dan menetes lewat daguku.

Aku begitu asik menceritakan ini sampai aku mengacuhkan Aries yang ada disampingku dan beberapa kali berusaha menghentikanku menulis. Kali ini aku lihat raut wajah yang aneh, aku tak bisa membaca expresinya, tidak nampak senang, namun tidak juga sedih ataupun marah, kalau dibilang biasa-biasa saja juga tidak bisa karena wajahnya tampak sedikit merah dan sesekali nampak beberapa garis kerutan di dahinya. Dan aku sendiri pun tak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku, aku tidak marah ataupun sedih karena aku sudah benar-benar melupakan kejadian itu, karena aku pun sudah benar-benar memaafkannya. Membaca kalimatku ini dia sepertinya sedikit agak tenang dibandingkan beberapa saat tadi.

"sudah dong ay bahas masa lalunya, jadi tujuan utama nya apa??" tanya nya.

"iya-iya ay, emang sudah selesai kok"


"bukan apa-apa ay, cuma ga pengen bikin kamu sedih kalo ingat waktu itu" katanya sambil terlihat lega.


"tapi ay, aku pengen kamu janji" kataku sebelum melanjutkan menulis.


"janji apa ay?"


"setelah ini, biarkan aku menulis, kamu boleh membacanya tapi jangan ngomong dulu sama aku sampai aku selesai. Kalo kamu ngomong aku ga akan jawab."


"hmmmm, kenapa? tapi boleh deh, bukan sesuatu hal yang berat" jawabannya atas pintaku.

Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya dan memulai lagi melanjutkan tulisanku. Rasanya sudah cukup aku membahas masalah yang sudah berlalu itu, kini saatnya membahas hubunganku dengan Aries saat ini dan untuk kedepannya. Mungkin 9 tahun mempunyai hubungan kekasih menurut banyak orang itu waktu yang cukup lama, atau bahkan sangat lama. Bahkan banyak dari teman, saudara terdekat kami sering mempertanyakan soal bagaimana kedepannya hubungan kami ini. Rasanya aku sudah mulai bosan dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu, tapi bagamiana dengan Aries, aku tidak tahu. Sempat kulihat wajahnya dia tersenyum sebelum dia akhirnya membuang muka dan seperti berpura-pura melihat ke arah langit dari balkon rumahku, terlihat dia seperti menyembunyikan expresi wajahnya.

Sebenarnya kami sering membicarakan masa depan hubungan kami, tak terhitung berapa kali sudah kami membicarakannya. Saat ini aku sedikitpun tidak meragukan kesungguhannya dan keseriusannya kepadaku. Karena aku sudah sangat sering meragukan hal itu dan akhirnya saat kami bertemu selalu saja aku yakin kembali. Dan akhirnya pun aku memahami hanya karena mungkin belum waktunya kami menyatukan hati dalam ikatan pernikahan. Aku sudah sering sekali menanyakan kapan dia akan menjawab pertanyaan dunia tentang masa depan hubungan kami dengan tindakan yang nyata, tapi dia selalu punya alasan untuk mencoba membuatku tenang dan sabar menunggu.

Kami memang pasangan yang aneh, sebenarnya Aries pernah mengatakan kepadaku kalau dia sudah didorong keluarganya untuk segera melamarku, waktu itu rasanya aku senang sekali, saat itu kurasa sekitar setahun yang lalu. Tapi entah kenapa aku tiba-tiba memikirkan tentang keinginan melamarku itu karena terpaksa, sehingga aku memikirkan untuk mengetes kesungguhannya secara pribadi dengan memberikan syarat. Aku meminta dia untuk mencoba mencari pekerjaan tetap, memang aku tahu dia sudah berpenghasilan dari event-event yang di garap atau dilakoninya juga job-job manggung dari band nya. Tapi aku mengatakan aku akan siap dilamar setelah dia mendapatkan pekerjaan tetap.

Setahun berlalu setelah aku memberikan syarat itu atau sampai pada saat ini, dia belum mendapatkan pekerjaan meskipun dia mengatakan sudah mencoba melamar pekerjaan kesana-sini. Bukan aku tak percaya, karena beberapa kali aku yang membuatkan surat lamaran pekerjaannya, hanya saja aku meragukan usahanya. Waktu setahun dan dia pun masih terlihat nyaman dan menikmati hari-harinya hanya dengan bermusik dan cukup aktif di sosial media. Sampai pertemuan kami hari ini, dia hanya menjawab sekedarnya pertanyaanku tentang usahanya mencari pekerjaan. Perlu diketahui bahwa beberapa obrolan kami hari ini tak semua kusertakan dalam tulisan ini.

Sedikit penjelasan singkat ini aku rasa cukup untuk menjelaskan kenapa kami sampai saat ini belum menyatkan hati dalam ikatan yang sah. Aku sangat tahu menjalin hubungan jarak jauh selama tujuh tahun itu sangat berat, rasa rindu, curiga, juga kondisi emosional yang pasti akan sangat berbeda ketika sepasang kekasih berada di dua tempat yang berjauhan, dan beberapa hal yang sudah aku ceritakan sebelumnya. Dan kurasa hal terberat yang kulalui adalah saat ini, tepatnya dua bulan terakhir ini.

"Hal apa ay? bukannya kita baik-baik aja dua bulan terakhir ini?" Aries bertanya dan mencoba menjeda tulisanku.

Aku menoleh kearahnya, aku melihat wajahnya berkerut heran seolah penuh dengan pertanyaan. Aku tersenyum kepadanya dengan maksud mengingatkan akan janjinya bahwa tidak akan berbicara sebelum aku selesai menulis. Aku rasa dia akhirnya mengingatnya dan mencoba tenang dan diam walaupun dia tampak kecewa tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi. Seandainya mampu aku menjawabnya mungkin aku tak perlu menuliskannya, kuharap Aries bisa bersabar dan memahami kata demi kata yang akan aku tuliskan ketika kami mulai tak saling bicara sejak beberapa menit yang lalu.

Baca lanjutannya di Pamitkan dengan tulisan II
























2 komentar:

  1. Jadi kebawa sama ceritanya. . . sampek berkaca-kaca baca bagian terakhirnya.

    BalasHapus
  2. makasiiihhh.... makasih udah mau baca cerpen nganjokes.. Alhamdulillah..

    BalasHapus