Sabtu, 29 September 2018

Mencari Jodoh itu tak perlu karena jodoh sudah ditentukan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Semoga ketentraman dan Rahmat Allah S.W.T selalu menaungi kita semua, para pembaca dan saya sendiri tentunya.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menuliskan beberapa hal tentang menemukan jodoh, kenapa tidak saya katakan "mencari jodoh" melainkan "menemukan jodoh"? Karena bagi kepercayaan saya bahwa hidup mati rizki dan jodoh sebenarnya sudah ditentukan/dipastikan oleh Allah S.WT, yang kita perlukan adalah berusaha menemukan ketentuanNya. Dan tulisan saya kali ini adalah tentang point-point pemikiran saya tentang problematika yang terjadi dalam usaha kita untuk menemukannya. Baca sampai habis ya mblo... :p

Dan permasalahan menemukan jodoh pada tulisan ini saya spesifikasikan ke hubungan yang sah yaitu pernikahan, jadi kalo kalian hanya punya pacar, maka kalian masih tergolong orang yang masih punya masalah dalam menemukan jodoh. Tentu saja tulisan saya kali ini tidak 100% semata-mata atas dasar pemikiran saya yang tidak berdasar, hal-hal yang saya sampaikan berikut ini adalah hasil observasi dari teman-teman dan orang terdekat saya. Juga dari hasil explorasi pemahaman saya dari pendapat-pendapat seorang alim(seorang yang punya ilmu dalam hal agama dalam kepercayaan saya). Bukan bermaksud diskriminatif, namun memang pengetahuan saya ini didasarkan oleh beberapa ilmu yang didasari oleh prinsip-prinsip agama dan kepercayaan saya.

Dalam tulisan saya kali ini, saya hanya akan membahas point-point tentang pemikiran logika, yang sifatnya moril. Sikap, karakteristik, pola pikir dan hal-hal yang memperngaruhi usaha menemukan jodoh secara pemikiran dan bukan secara materil. Jadi saya tidak membahas permasalahan menemukan jodoh ini dengan mengacu pada kaya miskin, ganteng cantik atau jelek, gendut langsing dan hal materil lainnya. Tentu saja hal-hal materil tersebut juga menjadi faktor yang cukup mempengaruhi proses menemukan jodoh, akan tetapi hal materil tersebut diluar kapasitas saya, karena pertama, saya melakukan observasi dan pemahaman secara filosofis. Dan kedua, seseorang yang cukup matang dalam hal materil pun kadang menemui masalah dalam hal menemukan jodoh. Jadi saya rasa menyampaikan pembahasan ini terasa lebih global, yaitu untuk yang sudah matang maupun yang belum matang.

*kok jadi formal gini ya tulisannya.. :D

Secara garis besar permasalahan ini pasti dialami oleh dua jenis manusia dalam dunia ini, yaitu pria dan wanita. *waria ga keitung bro?? saya tidak punya orang terdekat seorang waria, jadi kalo mau memasukan waria dalam tulisan ini, silahkan lakukan observasi sendiri. Yap, pria dan wanita, atau laki-laki dan perempuan adalah dua jenis manusia yang sah didunia ini dan mempunyai hak untuk saling berpasangan satu sama lain. Cukup disini ya pendahuluannya karena rasanya sudah terlalu panjang, kita langsung ke point-point problematikanya.
  • Niat dan tujuan adalah yang utama, andai kalian sadar ini. 
Yang pertama ini adalah tentang logika yang cenderung spiritual. Ada sebuah pernyataan bahwa "segala sesuatu itu tergantung niatnya". Saya pribadi menangkap pernyataan itu sebagai acuan untuk menilai sesuatu. Sejauh ini, niat dan tujuan adalah salah satu point yang saya rasa cukup berperan penting dalam keberhasilan seseorang untuk menemukan jodohnya. Bayangkan jika kamu ingin melakukan sesuatu yang baik, dan dengan niat yang baik pula, apakah mungkin Allah mempersulit kamu?? Niat yang saya maksud disini adalah niat untuk ibadah, yaitu menjalankan sunnah Rasulullah, Yakinkan hatimu bahwa niat yang baik akan membawa kebaikan pula. Jadi, buat pondasi mindset bahwa menemukan jodoh dan menyatukan 2 insan dalam ikatan pernikahan adalah ibadah, titik. Point penting pada paragraf ini adalah niat yang lain-lain itu sekunder, yang utama adalah ibadah. Yang saya temukan bahwa niat seseorang menemukan jodohnya itu bermacam-macam, saya tidak dapat menyebutkannya satu persatu hasil observasi saya disini. Bahkan percaya atau tidak, ada seseorang ingin menikah tapi entah dia punya tujuan atau tidak, ketika ditanya apa tujuannya ingin menikah, dia balik bertanya "bukankah memang manusia itu punya hak untuk menikah seperti orang lain pada umumnya" WHAT?? Kamu bernafas hanya untuk seperti orang lain??? ben koyo kancane, umpamane.



  • Kriteria adalah kesemuan. 
Boleh saja menentukan kriteria, tapi sebenarnya apalah arti kriteria jika dihadapan kalian sudah datang seseorang yang baik dan soleh/soleha. Jangan pernah berharap hidup ini akan seperti kisah cinta pada novel-novel percintaan. Tidak ada manusia yang sempurna, kamu menuntut kriteria A,B,C, lalu apakah kamu tidak akan menerima  D,E,F yang ada padanya.. Betul bahwa Rasulullah sendiri memberikan rekomendasi kriteria wanita kepada laki-laki untuk memilih wanita. Tapi bukan tentang tingginya, berat badannya, rambutnya, atau sosialitanya bahkan bukan sifatnya. Jika kamu meniatkannya untuk ibadah, tentulah kamu akan meminimalisir kriteria-kriteria tersebut. Kriteria adalah standar yang dibuat manusia, manusia adalah tempatnya salah. Jadi apakah kamu yakin kriteriamu itu bisa membawa kebahagiaan yang abadi untukmu? Romeo dan juliet pun jika saja mereka jadi bersatu, belum tentu rumah tangganya akan harmonis.



  • Usaha menemukan jodoh yang seperti apa?
Dalam hal usaha, seorang laki-laki cenderung mencari, dibanding wanita yang menunggu untuk dinikahi oleh seseorang. Lalu apakah yang harus berusaha hanya laki-laki saja? jawabannya tentu tidak. Kalian pernah dengar kisah pernikahan Nabi Muhammad s.a.w dengan Khadijah r.a?? Tentunya memang mereka sudah ditakdirkan akan menikah dengan Rasulullah, tapi saat khadijah r.a mulai kagum dengan sosok Muhammad s.a.w , apakah beliau hanya menunggu ? Memang Nabi muhammad lah yang menyatakan maksud untuk menikahi Khadijah r.a . Tapi yang perlu kita tahu adalah sebelum itu Khadijah r.a sudah menyuruh seseorang kerabat untuk datang kepada Nabi Muhammad s.a.w, dan membicarakan soal tawaran untuk menikahi seorang wanita yang sebenarnya wanita tersebut adalah Khadijah itu sendiri. Mendengar tawaran itu Rasulullah pun sempat ragu, " bagaimana aku sanggup menikahinya(Khadijah r.a) sedangkan dia sudah banyak menolak proa terhormat dikota ini" tapi sang kerabat meyakinkannya dengan mengatakan bahwa dia akan mengurus semuanya. Dari sepenggal kisah diatas, coba kita bayangkan jika Khadijah r.a tidak menyuruh kerabatnya untuk datang kepada Rasulullah s.a.w? Tentunya mungkin tak akan ada yang berani memulai karena Rasulullah pun bisa dikatakan minder karena Khadijah r.a telah banyak menolak lelaki.

Dari paragraf yang cukup panjang diatas pasti kamu sudah dapat menyimpulkan bahwa usaha menemukan jodoh bukan hanya untuk pria melainkan wanitapun harus berusaha juga. Dan kisah Rasulullah s.a.w dam Khadijah r.a diatas hanyalah sebuah contoh, jangan karena kisah tersebut lalu kalian para wanita langsung mengerahkan seluruh kerabat-kerabat kalian untuk mendatangi para lelaki. Usaha kalian bisa dalam bentuk apa saja, termasuk mendekatkan diri pada Allah S.W.T.



  • Memantaskan diri itu lebih dari sekedar image sosial media

Tidak bisa dipungkiri bahwa di jaman ini kita bisa mengenal seseorang di sosial media, bahkan lebih dari itu kita bisa mencari tahu latar belakang bahkan kepribadian seseorang melalui media sosial tersebut. Tapi tentu seseorang tidak akan menjadikan sosial media tolak ukur 100% dalam menilai seseorang. Maaf sebelumnya, bahkan ada beberapa orang menggunakan sosial media sebagai media untuk membangun image diri, kalau disebut pencitraan rasanya konotasinya terlalu negatif maka sebut saja membangun image diri. Jadi jika ada orang yang sudah baik, atau soleh/soleha disosial media, dia belum tentu mendapat penilaian baik dimata orang yang melihat profil dirinya melalui sosial media, atau bahkan mungkin bisa sebaliknya. Yang perlu disadari adalah orang yang benar-benar mencoba memantaskan diri tidak punya waktu untuk mengurusi penilaian dimata orang lain.
Untuk menemukan jodohmu, kamu tidak perlu menunjukan seberapa pantas dirimu kepada semua orang, berusahalah menjadi baik dengan niat yang baik dan percayalah pada ayat :

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

janganlah kalian menjadi seorang yang berkarakter di sosial media tapi dikehidupan nyata kalian bimbang akan diri kalian sendiri. Nampak baik di sosial media tidak akan menambah nilai dirimu kecuali untuk orang-orang yang hidupnya banyak berada disosial media dibanding dunia nyata.  




  • Kesiapan pun lebih dari sekedar kata siap
Banyak diantara orang-orang terdekat saya yang mengaku sudah siap namun tetap saja masih belum ada yang membuatkan kopi dipagi hari(untuk laki-laki) dan masih belum ada seseorang yang menunggu didepan pintu toko swalayan saat dia berbelanja(untuk wanita). kesiapan adalah bersedia menanggung resiko baik dan buruk untuk sebuah hal yang akan dia hadapi ketika menyatakan siap. Jadi jika ada yang bilang siap menikah tapi masih mempertimbangkan masalah bagaimana dengan ini, bagaimana dengan itu, maka sebenarnya dia belum siap. "Aku sudah siap, aku akan menikahimu setelah aku mendapatkan pekerjaan" kalimat ini akan lebih logis jika begini " setelah aku mendapatkan pekerjaan aku siap menikahimu " sedikit berbeda memang, tapi jika diperhatikan dua kalimat tersebut sebenarnya berbeda. Karena orang yang sudah siap tidak perlu menunggu apa-apa lagi kecuali dia hampir siap. " Aku siap kamu nikahi, tapi tunggu aku lulus S2 ya.." bro, kalo kata dian sastro pendidikan itu penting untuk wanita karena ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas. Okelah kita setuju dengan itu. Tapi apakah itu satu-satunya faktor melahirkan anak-anak yang cerdas? Dan standar cerdas itu sendiri berbeda-beda untuk setiap orang, bahkan menurut saya predikat cerdas sudah menjadi standar gengsi di era ini. 

Hal-hal diatas adalah problematika-problematika yang dapat saya simpulkan sejauh ini, bukan bermaksud menggurui atau merasa lebih tau, hanya saya ingin menuliskan opini dari sebuah observasi yang belakangan ini saya terus amati. Tak ada solusi yang paling tepat kecuali mencoba menjadi lebih baik, menata management hati, pikiran, sikap, perilaku dan waktu. Kenapa saya tak menyebutkan ekonomi, penampilan diri atau hal fisik lainnya? karena seperti yang saya katakan sebelumnya bahasan ini adalah masalah non materil. Bagaimana menyusun mindset tentang niat, usaha, kondisi dan kesiapan.

Dari depan layar monitor saya ini saya akan mendoakan kalian agar diberikan yang terbaik dari yang paling baik untuk masing-masing kalian.

Assalamualaikum W.r Wb.
















0 komentar:

Posting Komentar