Di suatu saat ketika kekhawatiran mulai menerka-nerka apa yang terjadi kelak jika Tanah Air ini tetap begini,
Akan ada masa dimana,
- Tidak ada kata senegara, sebangsa, ataupun setanah air.
- Tidak ada relasi bisnis dalam pembangunan ekonomi antar umat beragama.
- Keluarga menjadi orang lain karena berbeda pemahaman.
- Orang lain menjadi yang terkasih ketika pemahaman dimuliakan.
- Teman sepermainan menjadi mitos masalalu yang tergantikan dengan teman sepemahaman.
- Jangankan toleransi, sebutir nasi tak akan diberi pada orang yang berbeda visi.
- Tegur sapa tinggal sejarah, kecuali untuk yang satu arah.
- Mencaci menjadi tradisi untuk orang yang diluar koalisi.
Beberapa saat setelah malam tiba, jalanan mulai sepi. Warung kopi yang biasanya jadi sasaran para lelaki untuk bertukar obrolan juga sudah terbagi. Pertukaran obrolan yang seharusnya menghadirkan dua sisi yang berbeda, kini sudah berbeda ceritanya, pertukaran obrolan hanya terjadi ketika dalam satu buah sisi. Satu asumsi dengan sedikit bumbu akan memupuk rasa benci dan menghasilkan caci maki.
Mudah-mudahan ini cuma mimpi, saya berharap ini tidak akan pernah benar-benar terjadi.
Anggap saja jika semua itu benar terjadi mungkin masih disekitar tahun 2040 an. Ditahun-tahun itu saya sudah tua, sudah berkeluarga mempunyai anak, istri atau bahkan mungkin cucu. Sudah tidak akan banyak lagi dampak yang saya rasakan. Tapi tunggu, bagaimana dengan anakku? anak kita? bahkan cucu kita?
My bro, my sist, my lovely friend..
Mari hindari perdebatan di sosial media, mari kita berdamai dengan pemahaman orang lain, atau mungkin teman kita, sahabat bahkan keluarga. Apa sebenarnya yang kita perjuangkan? kebenaran kah? kebenaran cuma milik Tuhan semata. Tidak ada jaminan apapun bahwa saya benar dan anda salah, ataupun sebaliknya. Bahkan seorang guru pun bisa salah, dan itulah manusia. Jika kita yakin pun bahwa kita benar, ok kita berkewajiban mengingatkan, lantas apakah cara kita mengingatkan itu sudah benar, sudah pada porsi yang tepat, sudah tepat sasaran? Semoga begitu dan jika ada yang berhasil mengingatkan dengan cara cara yang baik saya akan sangat senang sekali.
POLITIK ADU DOMBA |
saya tidak banyak paham tentang persoalan yang kita perdebatkan disosial media, yang saya tau perdebatan bukan lagi untuk saling mengingatkan, tapi untuk mempertahankan pemahaman dan menyerang perbedaan. Dan lebih parahnya yang kita perdebatkan bukan tentang hal-hal yang dekat dan berpengaruh dengan kita. Kita memperdebatkan hal-hal yang yang jauh dari kehidupan kita, yang ada jauh disana,, di DKI, di stasiun TV, bahkan di pabrik roti.. sama sekali jauh di lingkaran kehidupan kita.
Sudahlah teman, cukuplah pemahaman kita kita pegang teguh tanpa memunculkan perdebatan yang bisa menimbulkan kebencian, tidak dapat dipungkiri perdebatan adalah pemicu emosional yang efektif, kendalikan diri sebelum menyampaikan informasi,, Karena setiap informasi hanyalah manusia sebagai produsennya, dan kembali lagi manusia adalah mahkluk terbatas dalam hal kebenaran. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan menurut saya cara yang paling ampuh mengingatkan saudara kita yang salah adalah dengan mendoakan nya. Jika ada cara yang paling ampuh pun tak akan pernah berhasil tanpa izin Allah SWT. Maka dari itu, hanya Allah lah pelabuhan indah yang insyaAllah akan menampung segala macam pemahamanmu menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin...
Tulisan ini bukan teruntuk siapapun, untuk membela ataupun menjatuhkan siapapun. Tulisan ini ada untuk kita, aku dan kamu. Tulisan ini ada karena kita cinta kepada anak cucu kita. Tulisan ini tercipta karena canda tawa adalah karya. Tulisan ini ada karena cinta itu bukan kekuatan untuk melawan, melainkan kekuatan untuk mengendalikan.
Tetap berkehidupan , dengan perasaan, tanpa perdebatan yang menimbulkan kebencian apalagi perpecahan..
Terimakasih teman.. ini untuk kita, aku dan kamu..
0 komentar:
Posting Komentar